(OPINI) Endonesa dan Isme - Ismenya

   Sebagai warga negara Indonesia kita patut berbangga. Pasalnya, salah satu putra Indonesia akan tampil di ajang kejuaraan balap paling bergengsi di dunia yaitu Formula 1. Tak tanggung-tanggung, untuk merealisasikan keikutsertaan Rio. Negara menggelontorkan dana sebesar 100 M. Bantuan dana tersebut diberikan oleh Kementrian Pemuda dan Olahraga (KEMENPORA). Tak hanya itu, dukungan juga diberikan oleh PERTAMINA dengan memberikan dana 5,2 juta Euro. Keikutsertaan Rio sebenaranya hampir terganjal karena persoalan dana. Sudah seharusnya Rio banyak berterimakasih kepada seluruh media indonesia oleh karena mereka dengan sangat sukses mempropaganda isu. terkait harapan seorang anak muda yang berharap mengikuti ajang berkelas internasional.

   Tak disangka, dengan waktu beberapa hari. Berita-berita Rio dipublis di media dan beranda akun sosmed kita pun dipenuhi dengan itu. Setali tiga uang, pemerintah sepertinya tidak menutup mata dan pada akhirnya pemerintah memutuskan mendukung Rio.

   Namun, berbanding terbalik dengan kondisi pesepakbolaan di Indonesia saat ini. Kisruh di tubuh PSSI sepertinya tak habis-habis. Belum lagi persoalan hak pemain yang tak diberikan. Padahal, saya masih ingat betul saat timnas Indonesia tampil di ajang piala AFF dan Asian Games hampir seluruh lapisan masyarakat indonesia memberikan dukungannya. Dari anak kecil hingga orangtua dengan bangga mengenakan jersey Tim Garuda Indonesia. Kita pun terhipnotis dengan aksi Gonzales, Okto Maniani, Ahmad Bustomi dkk di lapangan hijau. Dukungan masyarakat pun tidak henti-hentinya diberikan kepada tim keseblasan Indonesia. Tapi sayangnya, euforia itu tidak bertahan lama. Dukungan masyarakat pun kian surut. Jangan tanyakan bagaimana dukungan pemerintah untuk PSSI saat ini???

      Saya yakin, saat ini masyarakat Indonesia sedang terkena sindrom Rio Heryanto, semua mata tertujuh padanya. Masyarakat akan ramai-ramai memberikan dukungan di sosmed hinga menjadi tranding topic world wide (hehe). Tidak dipungkiri pada kenyataanya rasa nasionalisme orang Indonesia sangat tinggi. Mungkin negara lain akan kalah. Tapi, semoga nasib Rio tidak seperti Timnas. Jikalau nantinya harapan masyarakat tidak sebanding dengan performa Rio di ajang F1. Semoga prediksi saya salah!!! Dan apabila itu terjadi. Saya dengan terpakasa mengatakan " Nasionalisme bangsa indonesia ditentukan propaganda media". Ini asumsi saya saja jangan terlalu dipikir...

        Beberapa hari yang lalu, saya membaca sebuah artikel yang isinya menyebut bahwa Menteri dalam Negeri Tjahjo Kumolo, akan membuat regulasi mengenai pengisian pada Kartu Tanda Penduduk (KTP). Katanya, kedepannya masyarakat tidak lagi diwajibkan untuk mengisi kolom agama saat pendataan KTP. Alasannya, Indonesia tak hanya menganut 6 kepercayaan seperti yang diakui oleh negara akan tetapi banyak kelompok-kelompok masyarakat yang masih menganut kepercayaan dari peninggalan terdahulu untuk itu hal ini dianggap akan mempermudah masyarakat. 

     Saya yakin dengan adanya regulasi ini akan memberikan angin segar bagi kelompok-kelompok masyarakat penganut kepercayaan tertentu atau kah justru akan menjadi boomerang bagi pemerintah. Bukan tidak mungkin, ini akan menjadi peluang bagi penganut aliran radikalisme kian berkembang. Entahlah... Semoga saja kebijakan tersebut kedepannya tidak memunculkan kegaduhan dan membuat masyarakat menjadi paranoid. 

   Berbicara mengenai ketakutan. Sebenarnya ketakutan masyarakat indonesia saat ini tengah di depan mata. Iya, era pasar bebas. Indonesia menjadi negara di ASEAN yang menyepakati adanya (MEA). Masyarakat Ekonomi Asean. Mea adalah sebuah agenda integrasi ekonomi negara-negara ASEAN yang bertujuan untuk menghilangkan, jika tidak, meminimalisasi hambatan-hambatan di dalam melakukan kegiatan ekonomi lintas kawasan misalnya dalam perdagangan barang, jasa, dan investasi. Dampak bagi indonesia dengan kerjasama tersebut,  masyarakat Indonesia dipaksa bersaing dengan gempuran produk-produk dari luar negeri. Ini bukan persoalan kreatifitas tapi ditentukan oleh sistem kapitalisme dan pada akhirnya, istilahnya. Siapa yang memiliki modal dialah yang akan bertahan. Kejam bukan??? Tanpa sadar kita memang selalu terjajah dan pun kita yang justru membuka peluang negara lain menjajah kita. Untuk kesekian kalinya negara kita terjajah di tanah sendiri. Mungkin kelak, hasil bumi kita tidak akan diambil secara paksa tapi kita sendirilah yang secara sukarela memberikannya

Yah... Kolonialisme!!!



Komentar

Postingan populer dari blog ini

SHOTLIST IKLAN LAYANAN MASYARAKAT KECAMATAN TAMALATE

laporan Pertanggungjawaban Pemimpin Redaksi UKM PERS UNIFA PERIODE 2014/2015

TIME SCHEDULE IKLAN LAYANAN MASYARAKAT KECAMATAN TAMALATE