Ke Jakarta, Jangan Lupa Naik Kopaja
Mau itu, penduduk asli atau pendatang, kopaja menjadi transportasi yang masih banyak peminantnya. Bukan karena fasilitasnya yang lengkap tapi tarifnya yang lumayan terjangkau. Satu kali jalan hanya 4 ribu rupiah itu udah jauh dekat loh...
Dua bulan tinggal di jakarta, saya mulai penasaran dengan si bus hijau itu. Kebetulan, teman-temanku yang juga dari Makassar. Asma, dan Anna udah jauh-jauh hari merencanakan jalan-jalan ke tanah abang dan Kami bertiga pun sepakat untuk naik Kopaja. Maklum di Makassar adanya pete-pete yang bentuknya hampir sama angkot di jakarta.
Siang itu, sepulang dari kantor yang terletak di Kedoya Selatan, Jakarta Barat. Siang itu, kami bertiga sengaja menunggu kopaja di pertigaan jalan menuju arah Daan Mogot, kebun jeruk, dan Pesing. Jakarta barat Jalan itu tiap hari dilalui kopaja. Setelah menunggu sekitar kurang lebih lima menit. Kopaja akhirnya datang. Tanpa diminta untuk berhenti supir kopaja biasanya langsung berhenti kalau lihat ada orang yang lagi menunggu. Oh, iya kalau mau ke tanah abang dari arah kantor Metro TV kamu harus naik kopaja no 16.
Tanpa berlama-lama pun kami bertiga buru-buru naik. Ini nih yang paling tidak mengenakkan kalau naik kopaja. Belum duduk eh abang supirnya langsung tancap gas aje. Untungnya aku pernah diceritakan sama teman kalau naik kopaja tuh harus pegangan yang kuat soalanya gitu... jadi pas naik aku sudah cari tempat pegangan supaya nggak jatuh.
Beruntung waktu itu kami bertiga dapat kursi kosong jadi nggak usah capek-capek berdiri. Akhirnya kesampean juga naik kopaja, gumamku dalam hati. aku menikmati setiap momen di atas kopaja. Mulai dari bau asap kendaran bercampur sedikit bau oli, suara bunyi-bunyian yang berasal dalam bus yang mungkin bautnya sudah hampir lepas dan mungkin belum sempat diperbaiki.
Dalam bus kopaja terdapat sekitar 10 kursi dan tiap kursi akan diisi oleh dua penumpang. Jadi kalau lagi tidak beruntung kamu siap-siap berdiri. Tidak ada hiasan atau pajangan yang berlebihan dalam kopaja yang aku naiki waktu itu. Hanya ada satu kaca spion ukuran kecil yang ditaruh pas depan atas abang supirnya.
Karena menurut aku kopaja itu sudah menjadi ciri khas dari jakarta. Makanya aku tidak melewatkan untuk berfoto di atas kopaja dan sedikit menulis catatan kecil di memo blackberry ku. Menulis Sedikit pengalaman naik kopaja. Eh, saking asyiknya dengan blackberry ku. Tiba-tiba kopaja berhenti di salah satu pertigaan yang menurut aku itu bukan tanah abang. Dan ternyata betul. Pada saat kopaja berhenti kami bertiga hanya saling menatap satu sama lain. Dan pasti mereka juga punya pikiran yang sama dengan aku. Beberapa dari penumpang terlihat bergerak cepat untuk turun sedangkan kami bertiga masih saja duduk. Hanya terdengaar suara dari si kondektur yang berteriak-teriak tidak jelas. Lalu salah satu dari kami bertanya “ bang ini sudah tanah abang?” si abangnya tidak menjawab iya cuman bilang pindah bus. Kami pun dengan cepat turun dari bus dan segera naik di bus yang sudah siap membawa kami ke tanah abang.
Lagi-lagi kami dibuat sedikit jengkel tapi juga sedikit lucu. Aku hampir saja ketinggalan kopaja. Belum naik, kopajanya sudah jalan duluan. Anna temanku yang bersuara agak keras dengan nada suara sedikit marah bilang “ bang tunggu, temanku belum naik”
Entah sudah menjadi kebiasaan supir kopaja atau aturannya memang seperti itu, kami belum duduk abangnya lagi dan lagi udah tancap gas. Akhirnya kami hampir terjatuh. Syukurnya diantara kami bertiga, badanku lebih tinggi dibandingakan dua temanku. Jadi pada saat kami hampir terjatuh. segera aku cari tempat pegangan untuk menahana agar kami tidak jatuh. Dan paling lucu, si Asma dan Anna pegangannya ke aku. Satu tarik jaket aku satunya tarik lengan aku. Bayangkan aku harus manahan dua orang itu sedangkan aku sendiri sudah hampir jatuh.
Ternyata aksi heroik kami bertiga tanpa sadar menjadi tontonan penumpang yang lain. Ada yang ketawa kecil di balik sandaran kursi, ada juga beberapa pemuda yang mengejek. sepertinya mereka tahu benar waktu itu pertama kalinya kami naik kopaja. Toh kita tidak saling kenal yah cuek aja.
Penderitaan belum selesai, setelah berpindah kopaja sekitar 15 menit yang lalu, akhirnya kami tiba di Tanah abang. asma yang kami percaya sebagai penunjuk jalan agaknya sedikit lupa dengan lokasi tanah abang. dia pernah ke sana tujuh tahun yang lalu. Jadi sebelum turun kami memastikan lagi sama abangya kalau tempat kami singgahi itu benar tanah abang. setelah si abangnya menjawab iya. Kami segera ingin turun
Dan yang kesekian kalinya, bukan lagi hampir ketinggalan kopaja tapi hampir dibawa kopaja. (hahaha) bukanya berhenti ada penumpang yang mau turun kopajanya jalan terus. Alhasil, kami segera melompat turun sementara kopajanya masih jalan. Duh... sungguh pengalaman yang tidak terlupakan....

Hhahaha dasar kalian..
BalasHapusHhhh, bagaimana kalau kita bukukan saja. 3 bulan, 3 srikandi di kota Jakarta
BalasHapusHhhh, bagaimana kalau kita bukukan saja. 3 bulan, 3 srikandi di kota Jakarta
BalasHapusHaha....bisa, bisa
BalasHapus